SPPKB
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Landasan
Filosofis Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB) adalah
kontruktivisme. Menurut kontruktivisme pengetahuan itu bukan hanya
terbentuk dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek
dalam menangkap setiap objek yang diamati. Menurut
kontrukivisme, pengetahuan memang berasal dari luar, tetapi dibangun lagi
oleh dan dari dalam diri individu.
Hakikat
pengetahuan menurut filsafat kontruktivisme yang dikemukakan Sanjaya adalah
sebagai: (1) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka,
tetapi selalu merupakan kontruksi keanytaan melalui subjek; (2) Subjek
membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk
pengetahuan; (3) Pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang.
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka dalam proses pembelajaran tidak hanya sekedar
memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi pengetahuan
diperoleh melalui interaksi mereka dengan objek, pengalaman dan lingkungan yang
ada disekitar mereka. Menurut aliran kontruktivisme pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja kepada orang lain, tetapi harus diartikan sendiri
oleh setiap individu. Oleh sebab itu, pembelajaran berpikir menekankan kepada
aktivitas siswa untuk mencari pemahaman akan objek, menganalisis, dan
mengkontruksinya sehingga terbentuk penegtahauan baru dalam diri individu.
Landasan
Psikologis Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir adalah aliran
psikologi kognitif. Menurut aliran kognitif, belajar pada hakikatnya
adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral. Sebagai peristiwa mental
perilaku manusia bukan hanya gerakan fisik saja, tetapi yang terpenting adalah
adanya faktor pendorong yang menggerakan fisik tersebut.hal ini disebabkan
karena manusia memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya, kemampuan itulah
yang membuat manusia untuk berperilaku. Piaget dalam Sanjaya menyatakan :”…children
have a built-in desire to learn” (anak-anak
mempunyai hasrat untuk belajar). hal inilah yang melatar
belakangi Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
a.
Apa pengertian SPPKB?
b.
Bagaiamana hakikat berfikir dalam SPPKB?
c.
Apa latar belakang filosofis dan psikologis
SPPKB?
d.
Apa karakteristik SPPKB?
e.
Apa perbedaan pembelajaran konvensional dengan
SPPKB?
f.
Bagaiamana tahapan-tahapan pembelajaran SPPPKB?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan
tentang:
a.
Pengertian SPPKB.
b.
Hakikat berfikir dalam SPPKB.
c.
Belakang filosofis dan psikologis SPPKB.
d.
Karakteristik SPPKB.
e.
Perbedaan pembelajaran konvensional dengan SPPKB.
f.
Tahapan-tahapan pembelajaran SPPPKB.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian SPPKB
Strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB ) adalah model pembelajaran yang bertumpu
kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Terdapat
beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas:
1.
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan
berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh Strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan
ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
2.
Telaah fakta-fakta sosial atau pengalaman social
merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan
dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan
sehari-hari.
3.
Sasaran akhir Strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak
untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.[1]
B.
Hakikat Kemampuan Berfikir dalam SPPKB
Menurut Peter Reason
(1981) berpikir (thinking) adalah
proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending).
Menurutnya, mengingat dan memahami lebih bersifat pasif daripada berpikir (thinking). Mengingat pada dasarnya hanya
melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat
dikeluarkan kembali atas permintaan, sedang memahami memerlukan pemerolehan apa
yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar aspek dalam memori.
Adapun berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga di luar informasi
yang didengarnya.
Kemampuan berpikir
memerlukan kemampuan mengingat dan memahami. Dengan demikian kemampuan berpikir
pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami, tetapi belum tentu orang
yang memiliki kemampuan mengingat dan memahami memiliki kemampuan untuk
berpikir.[2]
Sebaliknya kemapuan
berfikir seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami.
Hal ini seperti yang dikemukakan Peter Reason bahwa berfikir tidak mungkin
tanpa adanya memori. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat (working memory) maka orang tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah
dan informasi yang cukup lama. Jika seseorang kurang memiliki daya ingat jangka
panjang (long term memory) maka orang
tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan masa lalu yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pada masa sekarang. Dengan
demikian, berfikir sebagai kegiatan yang melibatkan proses mental memerlukan
kemampuan mengingat dan memahami, sebaliknya, untuk dapat mengingat dan
memahami diperlukan proses mental yang disebut berfikir.[3]
SPPKB merupakan bukan
hanya model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik agar dapat mengingat
dan memahami berbagai data, fakta atau konsep, akan tetapi bagaimana data,
fakta atau konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan
berpikir siswa dalam mengahadapi dan memecahkan masalah.[4]
C. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis
SPPKB
1.
Latar Belakang Filosofis
Pembelajaran adalah
proses interaksi, baik antara manusia dengan manusia maupun manusia dengan
lingkungan. Interaksi ini ditujukan untuk perkembangan kognitif, afektif dan
psikomotor. Pengembangan afektif erat kaitannya dengan meningkatkan aspek
pengetahuan, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Timbul
pertanyaan apakah pengetahuan itu? Bagaimana memperolehnya?
Hal ini merupakan
pertanyaan-pertanyaan mendasar yang membutuhkan kajian filosofis. Dilihat dari
mana pengetahuan itu diperoleh manusia. Dapat didekati dari tiga pendekatan
yang berbeda yaitu:
a.
Aliran
Rasionalisme, mangatakan bahwa pengetahuan menunjuk kepada
objek dan kebenaran itu merupakan akibat dari deduksi logis (mengambil
keputusan yang khusus berdasarkan kepada kaidah yang umum secara rasional).
b.
Aliran
Empirisme, mengatakan bahwa pengetahuan berdasarkan kepada pengalaman
dalam memahami objek. Aliran ini memandang bahwa semua kenyataan itu diketahui
melalui indera dan kriteria kebenaran itu adalah kesesuaian dengan pengalaman.
c.
Aliran Konstruktivisme,
mengatakan bahwa pengetahuan itu bukan hanya terbentuk dari objek semata,
tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek dalam menangkap setiap objek
yang diamati. Dengan demikian pengetahuan terbentuk oleh 2 (dua) faktor penting
yaitu:
1.
Objek yang menjadi bahan pengamatan; dan
2.
Kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek
tersebut.
Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa pengetahuan diperoleh bukan sebagai hasil tranfer dari
orang lain, tetapi pengetahuan diperoleh melalui interaksi mereka dengan objek,
fenomena dan lingkungan yang ada. Oleh karena itu model pembelajaran berpikir
menakankan kepada aktivitas siswa untuk mencari pemahaman akan objek,
menganalisis dan mengkonstruksinya sehingga terbentuk pengetahuan baru dalam
individu.[5]
2.
Latar Belakang Psikologis
Belajar merupakan peristiwa mental,
bukan peristiwa behavioral. Sebagai peristiwa mental, perilaku manusia tidak
hanya semata-mata merupakan gerkana fisik saja, akan tetapi yang lebih penting
adalah adanya factor pendorong yang menggerakkan fisik itu. Mengapa demikian?
Sebab manusia selamanya memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya.
Kebutuhan itulah yang mendorong manusia untuk berperilaku.
Dalam perspektif psikologi
kognitif sebagai landasan SPPKB, belajar adalah proses aktif individu dalam
membangun pengetahuan dan pencapaian tujuan. Artinya proses belajar tidaklah
tergantung kepada pengaruh dari luar, tetapi sangat tergantung kepada individu
yang belajar (student centered). Individu adalah organisme
yang aktif, ia adalah sumber darai pada semua kegiatan. Pada hakikatnya manusia
adalah bebas berbuat. Manusia bebas untuk membuat satu pilihan dalam setiap
situasi dan titik kebebasan itu adalah kesadaran sendiri. Oleh sebab itu
psikologi kognitif memandang bahwa belajar itu merupakan proses mental, tingkah
laku manusia hanyalah merupakan ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari
eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi.[6]
D.
Karakteristik SPPKB
Sebagai
strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir,
SPPKB memiliki tiga karakteristik :
1.
Proses pembelajaran
melalui SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara maksimal.SPPKB bukan
model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat,
tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir;
Berkaitan dengan karakteristik
tersebut, maka proses implementasi SPPKB perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a.
Jika belajar tergantung
pada bagaimana informasi diproses secara menta,l maka proses kognitif siswa
harus menjadi kepedulian utama guru. Artinya guru harus menyadari bahwa proses
pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya apa yang dipelajari, tetapi
bagaimana cara mereka mempelajarinya.
b.
Guru harus
mempertimbangkan tingkat perkembanagn kognitif siswa ketika merencanakan topic
yang harus dipelajari serta metode apa yang akan digunakan.
c.
Siswa harus
mengorganisasi yang mereka pelajaris sendiri. Dalam hal ini guru harus membantu
agar siswa belajar untuk melihat hubungan antar bagian yang dipelajari.
d.
Informasi baru akan bisa
ditangkap lebih mudah oleh siswa manakala siswa dapat mengorganisasikannya
dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Dengan demikian, guru harus dapat
membantu siswa belajar dengan memperlihatkan bagaimana gagasan baru dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
e.
Siswa harus secara aktif
merespon apa yang mereka pelajari. Merespon dalam konteks ini adalah aktivitas
mental bukan aktivitas secara fisik.
2.
SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis
dan proses tanya jawab secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog
dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu
siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri;
3.
SPPKB adalah model pembelajaran yang
menyandarkan kepada dua sisi proses dan hasil belajar.Proses belajar diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan
untuk mengkontruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.[7]
E.
Perbedaan Pembelajaran Konvensional dengan SPPKB
1. Strategi Pembelajarn
Konvensional
a.
Peserta didik sebagai objek belajar.
b.
Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
c.
Perilaku dibangun atas proses kebiasaan.
d.
Kemampuan didasarkan atas latihan-latihan.
e.
Tujuan akhir adalah penguasaan materi
pembelajaran.
f.
Perilaku dilakukan karena faktor pendorong dari
luar (mis. Karena takut dihukum dll).
g.
Pengetahuan bersifat absolut dan final, karena
pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.
h.
Keberhasilan siswa diukur hanya melalui test.
2. Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB)
1.
Peserta didik sebagai subjek belajar.
2.
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
(pengalaman siswa).
3.
Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
4.
Kemampuan didasarkan atas penggalian pengalaman.
5.
Tujuan akhir adalah kemampuan berpikir dengan
menghubungkan pengalaman dengan kenyataan.
6.
Perilaku dilakukan karena faktor pendorong dari
dalam (mis. karena bermanfaat dll).
7.
Pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu
berkembang sesuai pengalaman yang dialaminya.
8.
Keberhasilan siswa diukur dari proses dan hasil
belajar.[8]
F.
Tahapan-Tahapan Pembelajaran SPPKB
SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara
penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak
mengharapkan siswa sebagai obyek belajar yang hanya duduk mendengarkan
penjelasan guru, kemudian mencatat yang berhubungan dengan penguasaan materi
pelajaran dan mencatat untuk dihafalkan. Ada 6 tahap dalam SPPKB, sebagai
berikut :
a.
Tahap Orientasi
Pada
tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran
Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama penjelasan tujuan yang harus dicapai,
baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran, maupun tujuan
yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus
dimiliki oleh siswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan
siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
b.
Tahap Pelacakan
Tahap
pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan
dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan.
Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk
mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan
dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru
menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada
tahapan-tahapan selanjutnya.
c.
Tahap Konfrontasi
Tahap
konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai
dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan
kemampuan siswa pada tahapan ini, guru dapat memberikan persoalan-persoalan
yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang
diberikan sesuai dengan tema atau topic itu tentu saja persoalan yang sesuai
dengan kemampuan dasar atau pengalaman siswa.Pada tahap ini guru harus dapat
mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus
dipecahkan.
d.
Tahap inkuiri
Tahap
inkuiri adalah tahapan terpenting dalam Strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir. Pada tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya.
Melalui tahapan inkuiri siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang
dihadapi.Oleh sebab itu guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan gagasan dalam upaya penecahan persoalan.
e.
Tahap Akomodasi
Tahap
akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses
penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata
kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog
guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan
mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan.
f.
Tahap Transfer
Tahap
transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang
disajikan.Tahap transfer dimaksudkan agar agar siswa mampu menstransfer
kemampuan berpikir setiap siswa,untuk memecahkan masalah-masalahbaru.Pada tahap
ini guru memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.[9]
Sesuai dengan
tahapan-tahapan dalam SPPKB seperti yang telah dijelaskan diatas, maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran SPPKB, agara supaya
SPPKB berhasil dengan sempurna khususnya bagi guru sebagai pengelola
pembelajaran, yaitu:
1.
SPPKB adalah model pembelajaran yang bersifat
demokratis.
2.
SPPKB dibangun dalam suasana tanya jawab.
3.
SPPKB merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan dalam suasana dialogis.[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan
tentang Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB) diatas,
dapatlah ditarik konklusi sebagai berikut:
1.
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir (SPPKB ) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan
kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak
sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
2.
Berpikir (thinking)
adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Berpikir menyebabkan
seseorang harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. SPPKB
merupakan bukan hanya model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik agar
dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta atau konsep, akan tetapi
bagaimana data, fakta atau konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk
melatih kemampuan berpikir siswa dalam mengahadapi dan memecahkan masalah.
3.
Latar belakang filosofis dan psikologis SPPKB
a.
Latar Belakang Filosofis SPPKB adalah kontruktivisme. Menurut kontruktivisme pengetahuan itu bukan hanya
terbentuk dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek
dalam menangkap setiap objek yang diamati
b.
Latar Belakang Psikologis SPPKB psikologi
kognitif, yang mengatakan bahwa belajar adalah proses aktif individu dalam
membangun pengetahuan dan pencapaian tujuan.
4.
Karakteristik SPPKB antara lain: a) SPPKB menekankan kepada proses
mental siswa secara maksimal; b) SPPKB
dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus; dan
c) SPPKB adalah model
pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi proses dan hasil belajar.
5.
Perbedaan pembelajarn
konvensional dengan SPPKB adalah:
No
|
Sudut Pandang
|
Pembelajaran Konvensional
|
SPPKB
|
1
|
Peserta didik
|
Objek belajar
|
Subjek belajar
|
2
|
Sifat Pembelajaran
|
Teoritis & abstrak
|
dikaitkan dengan kehidupan nyata
|
3
|
Perilaku
|
Proses kebiasaan
|
kesadaran diri
|
4
|
Kemampuan
|
Latihan-latihan
|
penggalian pengalaman
|
5
|
Tujuan Akhir
|
Penguasaan materi pembelajaran
|
Kemampuan berpikir dengan menghubungkan pengalaman dengan
kenyataan
|
6
|
Faktor pendorong
|
Dari luar individu
|
Dari dalam individu
|
7
|
Pengetahuan
|
Absolut dan final
|
Berkembang sesuai pengalaman yang dialaminya
|
8
|
Hasil Belajar
|
Diukur melalui test
|
Diukur dari proses dan hasil belajar
|
6.
Tahapan-Tahapan
Pembelajaran SPPKB adalah sebagai berikut:
a.
Tahap Orientasi
b.
Tahap Pelacakan
c.
Tahap Konfrontasi
d.
Tahap inkuiri
e.
Tahap Akomodasi
f.
Tahap Transfer
B. Saran-saran
Dalam SPPKB guru harus
menciptakan siswa sebagai subjek belajar bukan objek. Oleh karena itu itu,
inisiatif pembelajaran harus muncul dari siswa sebagai subjek belajar.
SPPKB adalah model
pembelajaran yang bersifat demokratis. Oleh sebab itu, guru harus mampu
menciptakan suasana yang terbuka dan saling menghargai. Sehingga setiap siswa
dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyampaikan pengalaman dan gagasan.
SPPKB dibangun dalam
suasana tanya jawab. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat mengembangkan
kemampuan bertanya siswa. Misalnya kemampuan bertanya untuk melacak atau
memancing. Hindari peran guru sebagai sumber belajar yang memberikan infromasi
tentang materi pembelajaran.
SPPKB merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan dalam suasana dialogis. Oleh sebab itu, guru
harus mampu merangsang dan membangkitkan keberanian siswa untuk menjawab
pertanyaan, menjalaskan, membuktikan dengan memberikan data dan fakta sosial
serta keberanian untuk mengeluarkan ide dan gagasan serta menyusun kesimpulan
dan mencari hubungan antar aspek yang dipermasalahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
http://suksesbersamasukarto.blogspot.com/2010/03/strategi-pembelajaran-peningkatan.html
(diakses: 24 Oktober 2011)
http://jawharie.blogspot.com/2010/11/strategi-pembelajaran-peningkatan.html
(diakses: 24 Oktober 2011)
http://hipni.blogspot.com/2011/09/strategi-pembelajaran-peningkatan.html
(diakses: 24 Oktober 2011)
[1]http://hipni.blogspot.com/2011/09/strategi-pembelajaran-peningkatan.html
(diakses: 24 Oktober 2011)
[2]http://jawharie.blogspot.com/2010/11/strategi-pembelajaran-peningkatan.html
(diakses: 24 Oktober 2011)
[3]Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007), hal.231.
[4]http://suksesbersamasukarto.blogspot.com/2010/03/strategi-pembelajaran-peningkatan.html
(diakses: 24 Oktober 2011)
[5]http://jawharie.blogspot.com/2010/11/strategi-pembelajaran-peningkatan.html
(diakses: 24 Oktober 2011)
[6]Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, hal.229-230.
[7]Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, hal.231-232.
[8]http://jawharie.blogspot.com/2010/11/strategi-pembelajaran-peningkatan.html
(diakses: 24 Oktober 2011)
[9]http://hipni.blogspot.com/2011/09/strategi-pembelajaran-peningkatan.html
(diakses: 24 Oktober 2011)
[10]Sanjaya,
Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, hal.236-237.
Komentar