SPPKB


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Landasan Filosofis Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB) adalah kontruktivisme. Menurut kontruktivisme pengetahuan itu bukan hanya terbentuk dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek dalam menangkap setiap objek yang diamati. Menurut kontrukivisme, pengetahuan memang berasal dari luar, tetapi dibangun lagi oleh dan dari dalam diri individu.
Hakikat pengetahuan menurut filsafat kontruktivisme yang dikemukakan Sanjaya adalah sebagai: (1) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan kontruksi keanytaan melalui subjek; (2) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan; (3) Pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam proses pembelajaran tidak hanya sekedar memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi pengetahuan diperoleh melalui interaksi mereka dengan objek, pengalaman dan lingkungan yang ada disekitar mereka. Menurut aliran kontruktivisme pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja  kepada orang lain, tetapi harus diartikan sendiri oleh setiap individu. Oleh sebab itu, pembelajaran berpikir menekankan kepada aktivitas siswa untuk  mencari pemahaman akan objek, menganalisis, dan mengkontruksinya sehingga terbentuk penegtahauan baru dalam diri individu.
Landasan Psikologis Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir adalah aliran psikologi kognitif. Menurut aliran  kognitif, belajar pada hakikatnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral. Sebagai peristiwa mental perilaku manusia bukan hanya gerakan fisik saja, tetapi yang terpenting adalah adanya faktor pendorong yang menggerakan fisik tersebut.hal ini disebabkan karena manusia memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya, kemampuan itulah yang membuat manusia untuk berperilaku. Piaget dalam Sanjaya menyatakan :”…children have a built-in desire to learn” (anak-anak mempunyai hasrat untuk belajar). hal inilah yang  melatar belakangi Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
a.     Apa pengertian SPPKB?
b.    Bagaiamana hakikat berfikir dalam SPPKB?
c.     Apa latar belakang filosofis dan psikologis SPPKB?
d.    Apa karakteristik SPPKB?
e.     Apa perbedaan pembelajaran konvensional dengan SPPKB?
f.      Bagaiamana tahapan-tahapan pembelajaran SPPPKB?
C.       Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang:
a.     Pengertian SPPKB.
b.    Hakikat berfikir dalam SPPKB.
c.     Belakang filosofis dan psikologis SPPKB.
d.    Karakteristik SPPKB.
e.     Perbedaan pembelajaran konvensional dengan SPPKB.
f.      Tahapan-tahapan pembelajaran SPPPKB.







BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian SPPKB
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB ) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas:
1.    Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
2.    Telaah fakta-fakta sosial atau pengalaman social merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Sasaran akhir Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.[1]
B.       Hakikat Kemampuan Berfikir dalam SPPKB
Menurut Peter Reason (1981) berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Menurutnya, mengingat dan memahami lebih bersifat pasif daripada berpikir (thinking). Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedang memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar aspek dalam memori. Adapun berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya.
Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami. Dengan demikian kemampuan berpikir pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami, tetapi belum tentu orang yang memiliki kemampuan mengingat dan memahami memiliki kemampuan untuk berpikir.[2]
Sebaliknya kemapuan berfikir seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini seperti yang dikemukakan Peter Reason bahwa berfikir tidak mungkin tanpa adanya memori. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat (working memory) maka orang tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah dan informasi yang cukup lama. Jika seseorang kurang memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) maka orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan masa lalu yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pada masa sekarang. Dengan demikian, berfikir sebagai kegiatan yang melibatkan proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, sebaliknya, untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses mental yang disebut berfikir.[3]
SPPKB merupakan bukan hanya model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik agar dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta atau konsep, akan tetapi bagaimana data, fakta atau konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam mengahadapi dan memecahkan masalah.[4]
C.       Latar Belakang Filosofis dan Psikologis SPPKB
1.    Latar Belakang Filosofis
Pembelajaran adalah proses interaksi, baik antara manusia dengan manusia maupun manusia dengan lingkungan. Interaksi ini ditujukan untuk perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengembangan afektif erat kaitannya dengan meningkatkan aspek pengetahuan, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Timbul pertanyaan apakah pengetahuan itu? Bagaimana memperolehnya?
Hal ini merupakan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang membutuhkan kajian filosofis. Dilihat dari mana pengetahuan itu diperoleh manusia. Dapat didekati dari tiga pendekatan yang berbeda yaitu:
a.    Aliran Rasionalisme, mangatakan bahwa pengetahuan menunjuk kepada objek dan kebenaran itu merupakan akibat dari deduksi logis (mengambil keputusan yang khusus berdasarkan kepada kaidah yang umum secara rasional).
b.    Aliran Empirisme, mengatakan bahwa pengetahuan berdasarkan kepada pengalaman dalam memahami objek. Aliran ini memandang bahwa semua kenyataan itu diketahui melalui indera dan kriteria kebenaran itu adalah kesesuaian dengan pengalaman.
c.    Aliran Konstruktivisme, mengatakan bahwa pengetahuan itu bukan hanya terbentuk dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek dalam menangkap setiap objek yang diamati. Dengan demikian pengetahuan terbentuk oleh 2 (dua) faktor penting yaitu:
1.      Objek yang menjadi bahan pengamatan; dan
2.      Kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan diperoleh bukan sebagai hasil tranfer dari orang lain, tetapi pengetahuan diperoleh melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena dan lingkungan yang ada. Oleh karena itu model pembelajaran berpikir menakankan kepada aktivitas siswa untuk mencari pemahaman akan objek, menganalisis dan mengkonstruksinya sehingga terbentuk pengetahuan baru dalam individu.[5]
2.    Latar Belakang Psikologis
Belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral. Sebagai peristiwa mental, perilaku manusia tidak hanya semata-mata merupakan gerkana fisik saja, akan tetapi yang lebih penting adalah adanya factor pendorong yang menggerakkan fisik itu. Mengapa demikian? Sebab manusia selamanya memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya. Kebutuhan itulah yang mendorong manusia untuk berperilaku.
Dalam perspektif psikologi kognitif sebagai landasan SPPKB, belajar adalah proses aktif individu dalam membangun pengetahuan dan pencapaian tujuan. Artinya proses belajar tidaklah tergantung kepada pengaruh dari luar, tetapi sangat tergantung kepada individu yang belajar (student centered). Individu adalah organisme yang aktif, ia adalah sumber darai pada semua kegiatan. Pada hakikatnya manusia adalah bebas berbuat. Manusia bebas untuk membuat satu pilihan dalam setiap situasi dan titik kebebasan itu adalah kesadaran sendiri. Oleh sebab itu psikologi kognitif memandang bahwa belajar itu merupakan proses mental, tingkah laku manusia hanyalah merupakan ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi.[6]
D.      Karakteristik SPPKB    
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga karakteristik :
1.    Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara maksimal.SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir;
Berkaitan dengan karakteristik tersebut, maka proses implementasi SPPKB perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara menta,l maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian utama guru. Artinya guru harus menyadari bahwa proses pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya apa yang dipelajari, tetapi bagaimana cara mereka mempelajarinya.
b.      Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembanagn kognitif siswa ketika merencanakan topic yang harus dipelajari serta metode apa yang akan digunakan.
c.       Siswa harus mengorganisasi yang mereka pelajaris sendiri. Dalam hal ini guru harus membantu agar siswa belajar untuk melihat hubungan antar bagian yang dipelajari.
d.      Informasi baru akan bisa ditangkap lebih mudah oleh siswa manakala siswa dapat mengorganisasikannya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Dengan demikian, guru harus dapat membantu siswa belajar dengan memperlihatkan bagaimana gagasan baru dihubungkan dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
e.       Siswa harus secara aktif merespon apa yang mereka pelajari. Merespon dalam konteks ini adalah aktivitas mental bukan aktivitas secara fisik.
2.    SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri;
3.    SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi proses dan hasil belajar.Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.[7]
E.       Perbedaan Pembelajaran Konvensional dengan SPPKB        
1.    Strategi Pembelajarn Konvensional
a.    Peserta didik sebagai objek belajar.
b.    Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
c.    Perilaku dibangun atas proses kebiasaan.
d.    Kemampuan didasarkan atas latihan-latihan.
e.    Tujuan akhir adalah penguasaan materi pembelajaran.
f.      Perilaku dilakukan karena faktor pendorong dari luar (mis. Karena takut dihukum dll).
g.    Pengetahuan bersifat absolut dan final, karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.
h.    Keberhasilan siswa diukur hanya melalui test.
2.    Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB)
1.    Peserta didik sebagai subjek belajar.
2.    Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata (pengalaman siswa).
3.    Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
4.    Kemampuan didasarkan atas penggalian pengalaman.
5.    Tujuan akhir adalah kemampuan berpikir dengan menghubungkan pengalaman dengan kenyataan.
6.    Perilaku dilakukan karena faktor pendorong dari dalam (mis. karena bermanfaat dll).
7.    Pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai pengalaman yang dialaminya.
8.    Keberhasilan siswa diukur dari proses dan hasil belajar.[8]
F.        Tahapan-Tahapan Pembelajaran SPPKB                     
SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai obyek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru, kemudian mencatat yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran dan mencatat untuk dihafalkan. Ada 6 tahap dalam SPPKB, sebagai berikut :
a.     Tahap Orientasi
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran  Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama penjelasan tujuan yang harus dicapai, baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh siswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
b.    Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
c.     Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini, guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan tema atau topic itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman siswa.Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan.
d.    Tahap inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pada tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.Oleh sebab itu guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya penecahan persoalan.
e.     Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan.
f.      Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan.Tahap transfer dimaksudkan agar agar siswa mampu menstransfer kemampuan berpikir setiap siswa,untuk memecahkan masalah-masalahbaru.Pada tahap ini guru memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.[9]
Sesuai dengan tahapan-tahapan dalam SPPKB seperti yang telah dijelaskan diatas, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran SPPKB, agara supaya SPPKB berhasil dengan sempurna khususnya bagi guru sebagai pengelola pembelajaran, yaitu:
1.    SPPKB adalah model pembelajaran yang bersifat demokratis.
2.    SPPKB dibangun dalam suasana tanya jawab.
3.    SPPKB merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dalam suasana dialogis.[10]















BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB) diatas, dapatlah ditarik konklusi sebagai berikut:
1.    Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB ) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
2.    Berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. SPPKB merupakan bukan hanya model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik agar dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta atau konsep, akan tetapi bagaimana data, fakta atau konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam mengahadapi dan memecahkan masalah.
3.    Latar belakang filosofis dan psikologis SPPKB
a.         Latar Belakang Filosofis SPPKB adalah kontruktivisme. Menurut kontruktivisme pengetahuan itu bukan hanya terbentuk dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek dalam menangkap setiap objek yang diamati
b.         Latar Belakang Psikologis SPPKB psikologi kognitif, yang mengatakan bahwa belajar adalah proses aktif individu dalam membangun pengetahuan dan pencapaian tujuan.
4.    Karakteristik SPPKB   antara lain: a) SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara maksimal; b) SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus; dan c) SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi proses dan hasil belajar.
5.    Perbedaan pembelajarn konvensional dengan SPPKB adalah:
No
Sudut Pandang
Pembelajaran Konvensional
SPPKB
1
Peserta didik
Objek belajar
Subjek belajar
2
Sifat Pembelajaran
Teoritis & abstrak
dikaitkan dengan kehidupan nyata
3
Perilaku
Proses kebiasaan
kesadaran diri
4
Kemampuan
Latihan-latihan
penggalian pengalaman
5
Tujuan Akhir
Penguasaan materi pembelajaran
Kemampuan berpikir dengan menghubungkan pengalaman dengan kenyataan
6
Faktor pendorong
Dari luar individu
Dari dalam individu
7
Pengetahuan
Absolut dan final
Berkembang sesuai pengalaman yang dialaminya
8
Hasil Belajar
Diukur melalui test
Diukur dari proses dan hasil belajar

6.    Tahapan-Tahapan Pembelajaran SPPKB adalah sebagai berikut:                      
a.    Tahap Orientasi
b.    Tahap Pelacakan
c.    Tahap Konfrontasi
d.    Tahap inkuiri
e.    Tahap Akomodasi
f.      Tahap Transfer



B.       Saran-saran
Dalam SPPKB guru harus menciptakan siswa sebagai subjek belajar bukan objek. Oleh karena itu itu, inisiatif pembelajaran harus muncul dari siswa sebagai subjek belajar.
SPPKB adalah model pembelajaran yang bersifat demokratis. Oleh sebab itu, guru harus mampu menciptakan suasana yang terbuka dan saling menghargai. Sehingga setiap siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyampaikan pengalaman dan gagasan.
SPPKB dibangun dalam suasana tanya jawab. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan bertanya siswa. Misalnya kemampuan bertanya untuk melacak atau memancing. Hindari peran guru sebagai sumber belajar yang memberikan infromasi tentang materi pembelajaran.
SPPKB merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dalam suasana dialogis. Oleh sebab itu, guru harus mampu merangsang dan membangkitkan keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan, menjalaskan, membuktikan dengan memberikan data dan fakta sosial serta keberanian untuk mengeluarkan ide dan gagasan serta menyusun kesimpulan dan mencari hubungan antar aspek yang dipermasalahkan.








DAFTAR PUSTAKA

Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


[3]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hal.231.
[6]Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, hal.229-230.
[7]Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, hal.231-232.
[10]Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, hal.236-237.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tujuan Kurikulum

Pendidikan Agama Islam Masa Dinasti Abbasiyah